ANALISIS KEUTUHAN WACANA “PUISI”
Karya Sutardji
Calzoum Bachri
Oleh:
Ella dkk
Abstrak: Puisi adalah karya sastra yang dapat menghibur
dan dapat memberikan pesan atau amanat kepada pembacanya. Puisi juga merupakan
ungkapan perasaan penulisnya baik itu ungkapan kesedihan atau perasaan senang
serta marah yang meluap-luap. Ungkapan perasaan ini dapat dilihat dari kata
atau bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan atau
kehendaknya dalam puisi tersebut. Dalam puisi kontemporer karya Sutardji
Calzoum Bachri,
penulis lebih mengutamakan bentuk susunan puisi tetapi tidak menghilangkan gaya
bahasa untuk memperindah puisinya. Unsur leksikal yang biasa hadir dalam puisi
karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sinonim dan antonim.
Kata kunci: puisi, sinonim, antonim.
A.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Masalah
PUISI
adalah bagian integral kehidupan masyarakat Nusantara. Maka, tradisi berpuisi
seperti telah menyatu dalam kehidupan keseharian masyarakatnya. Lihat saja
pantun. Sejak entah kapan pantun hidup semarak di tengah masyarakat Melayu.
Pantun lalu menyebar memasuki pelosok Nusantara. Lahirlah pola pantun dengan
media bahasa-bahasa setempat. Di berbagai wilayah Nusantara itu, pantun pun
tidak terikat batas usia, dapat digunakan dalam situasi dan kegiatan apapun
untuk berbagai kepentingan.
Begitulah,
puisi Indonesia bersumber dari akar tradisi perpuisian yang sudah menyatu
dengan kehidupan masyarakat Nusantara.
Dalam perkembangannya di Nusantara, puisi berkembang menjadi puisi lama, puisi baru dan puisi kontemporer. Puisi kontemporer
berbeda dengan puisi lama karena puisi kontemporer lebih mengutamakan susunan
atau bentuk puisi daripada mengutamakan unsur bahasanya. Khususnya pada puisi
karya Sutardji Calzoum Bahcri yang terlihat unik dan berbeda dari puisi
lainnya. Puisi Sutradji Calzoum Bachri yang mengutamakan bentuk dan susunan
puisi tetapi tidak lupa dengan gaya bahasa. Dalam menyampaikan gagasan atau perasaanya
Sutardji Calzoum Bachri juga menggunakan unsur leksikal antonim dan sinonim
dalam puisinya. Penggunaan unsur leksikal sinonim dan antonim merupakan cara
agar wacana puisi tersebut memiliki keutuhan wacana.
b.
Rumusan Masalah
1)
Bagaimanakah
sinonim dalam puisi karya Sutardji Calzoum Bachri ?
2)
Bagaimanakah
antonim dalam puisi karya Sutardji Calzoum Bachri ?
c.
Tujuan
1)
Mendeskripsikan
sinonim dalam puisi karya Sutardji Calzoum Bahcri.
2)
Menjelaskan antonim
dalam puisi karrya Sutardji Calzoum Bachri.
B. KAJIAN TEORI
1. Hakikat
Sinonim
Sinonim
berasal dari bahasa Yunani Kuno “Syn” > berarti dengan dan “Onoma” >
berarti nama. Sinonim adalah suatu kata
yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama
atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Secara harfiah
sinonim berarti nama lain utnuk benda atau hal yang sama sedangkan secara
semantik Verhaar (dalam Abdul Chaer,1984 : 83)
mendefenisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan
makna ungkapan lainnya.
Contoh
kata sinonim misalnya ; kredit = mencicil, berdusta = berbohong, haus = dahaga,
baju = pakaian, bunga = kembang dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Contoh kalimat yang menggunakan kata sinonim sebagai berikut:
Contoh kalimat yang menggunakan kata sinonim sebagai berikut:

- Mobil
pak Tono dibeli dengan cara kredit, karena ia lebih suka mencicil dari
pada membayar penuh. sinonim dari kredit = mencicil.
- Semoga
saja bu Sinta itu tidak berdusta, karena organisasi tidak menyukai orang
yang suka berbohong. sinonim dari berdusta = berbohong.
2. Hakikat Antonim
Antonim
(dari bahasa Yunani anti ("lawan") dan onoma ("nama")
adalah sebuah istilah linguistic yang merujuk pada pasangan kata yang
berlawanan artinya (lawan kata), jadi antonim adalah kata yang memiliki arti
yang berlawanan makna. Secara semantik, Verhaar (dalam Abdul Chaer, 1984 : 88) mendefinisikan sebagai ungkapan (biasanya
berupa kata,
tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap
kebalikan dari makan ungkapan lain.
Contoh:
a. Senang><Sedih
-Saya sedih melihat teman saya yang
sakit.
b. Lapar><Kenyang
-Amran sangat kenyang stelah makan
bakso.
c. Laki-laki><Perempuan
-Bibi saya melahirkan seorang anak
perempuan.
d. Panas><Dingin
-Cuaca malam ini sangat dingin.
e. Gemuk><Kurus
-Karena malas makan Irsan keliatan
kurus.
3. Hakikat Puisi
Puisi
(dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa
digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti
semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini
masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan
mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan
imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi
juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam
keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag
dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis
untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu
kata/suku kata
yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi
tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk
segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis
dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber
belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi
itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik
pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi
tersebut.
Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi
itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme
yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka
enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
C. Metode
penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekstual deskriptif kualitatif.
Artinya menganalisis data yang diperoleh secara detail sehingga dapat diperoleh
data- data yang sahih atau valid dalam pembahasan artikel ini. Metode deskriptif dapat digunakan untuk memerikan, mengambarkan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena objek penelitian. Dalam
kajiannya,
metode ini menjelaskan data atau objek secara natural, objektif dan faktual (apa adanya) (Arikunto, 1993:310).
D. Pembahasan
1. Sinonim dan antonim yang terdapat dalam kumpulan puisi
Sutardji Calzoum Bahcri :
ANA BUNGA
Terjemahan bebas (Adaptasi) dari puisi Kurt Schwittters, Anne Blumme
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
Oh kau Sayangku duapuluh tujuh indera
Kucinta kau
Aku ke kau ke kau aku
Akulah kauku kaulah ku ke kau
Kita ?
Biarlah antara kita saja
Siapa kau, perempuan tak terbilang
Kau
Kau ? - orang bilang kau - biarkan orang bilang
Orang tak tahu menara gereja menjulang
Kaki, kau pakaikan topi, engkau jalan
dengan kedua
tanganmu
Amboi! Rok birumu putih gratis melipat-lipat
Ana merah bunga aku cinta kau, dalam merahmu aku
cinta kau
Merahcintaku Ana Bunga, merahcintaku pada kau
Kau yang pada kau yang milikkau aku yang padaku
kau yang padaku
Kita?
Dalam dingin api mari kita bicara
Ana Bunga, Ana Merah Bunga, mereka bilang apa?
Sayembara :
Ana Bunga buahku
Merah Ana Bunga
Warna apa aku?
Biru warna rambut kuningmu
Merah warna dalam buah hijaumu
Engkau gadis sederhana dalam pakaian sehari-hari
Kau hewan hijau manis, aku cinta kau
Kau padakau yang milikau yang kau aku
yang milikkau
kau yang ku
Kita ?
Biarkan antara kita saja
pada api perdiangan
Ana Bunga, Ana, A-n-a, akun teteskan namamu
Namamu menetes bagai lembut lilin
Apa kau tahu Ana Bunga, apa sudah kau tahu?
Orang dapat membaca kau dari belakang
Dan kau yang paling agung dari segala
Kau yang dari belakang, yang dari depan
A-N-A
Tetes lilin mengusapusap punggungku
Ana Bunga
Oh hewan meleleh
Aku cinta yang padakau!
1999
Catatan: Terjemahan Anna Blume dikerjakan untuk panitia peringatan Kurt Schwitters, Niedersachen, Jerman.
OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republikaedisi : 28 November 1999
Dari data di atas didapatkan bahwa puisi yang berjudul “
Ana Bunga “ karya Sutardji Calzoum Bachri ditemukan adanya antonim yaitu kata Aku dan Kau. Kata Aku menunjuk
kepada si penulis dan kata kau menunjuk kepada
Ana bunga.
AYO
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
Adakah yang lebih tobat
dibanding air mata
adakah yang lebih mengucap
dibanding airmata
adakah yang lebih nyata
adakah yang lebih hakekat
dibanding airmata
adakah yang lebih lembut
adakah yang lebih dahsyat
dibanding airmata
para pemuda yang
melimpah di jalan jalan
itulah airmata
samudera puluhan tahun derita
yang dierami ayahbunda mereka
dan diemban ratusan juta
mulut luka yang terpaksa
mengatup diam
kini airmata
lantang menderam
meski muka kalian
takkan dapat selamat
di hadapan arwah sejarah
ayo
masih ada sedikit saat
untuk membasuh
pada dalam dan luas
airmata ini
ayo
jangan bandel
jangan nekat pada hakekat
jangan kalian simbahkan
gas airmata pada lautan airmata
malah tambah merebak
jangan letupkan peluru
logam akan menangis
dan tenggelam
dikedalaman airmata
jangan gunakan pentungan
mana ada hikmah
mampat
karena pentungan
para muda yang raib nyawa
karena tembakan
yang pecah kepala
sebab pentungan
memang tak lagi mungkin
jadi sarjana atau apa saia
namun
mereka telah
nyempurnakan
bakat gemilang
sebagai airmata
yang kini dan kelak
selalu dibilang
bagi perjalanan bangsa
OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republika edisi : 28 November 1999
Pada
puisi diatas tidak ditemukannya unsur leksikal sinonim tetapi ditemukannya
unsur leksikal antonim yaitu nampak pada kata ayah bunda pada baris ke-15.
KUCING
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
ngiau! Kucing dalam darah dia menderas
lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber
gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
darahku dia besar dia bukan harimau bu
kan singa bukan hiena bukan leopar dia
macam kucing bukan kucing tapi kucing
ngiau dia lapar dia merambah rimba af
rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
dia meraung dia mengerang jangan beri
daging dia tak mau daging Jesus jangan
beri roti dia tak mau roti ngiau ku
cing meronta dalam darahku meraung
merambah barah darahku dia lapar 0 a
langkah lapar ngiau berapa juta hari
dia tak makan berapa ribu waktu dia
tak kenyang berapa juta lapar lapar ku
cingku berapa abad dia mencari menca
kar menunggu tuhan mencipta kucingku
tanpa mauku dan sekarang dia meraung
mencariMu dia lapar jangan beri da
ging jangan beri nasi tuhan mencipta
nya tanpa setahuku dan kini dia minta
tuhan sejemput saja untuk tenang seha
ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
Pada puisi yang berjudul “ kucing “ karya Sutardji Calzoum Bachri ditemukan adanya unsur leksikal antonim yang nampak pada kata lapar dan kenyang. Dalam puisi ini juga tidak ditemukan unsur leksikal sinonim.
LA NOCHE DE LAS PALABRAS
(EL DIARIO DE MEDELLIN)
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia
kami mengepung bulan
dan mereka yang mendengarkan puisi kami
mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka
berkomplot dengan anggur daun cerbeza
bersekongkol dengan gadisgadis
memancing bulan dengan keluasan dada
Musim panas
Menjulang di Medelin
menampilkan sutera
di keharibaan malam cuaca
ratusan para lilin
menyandar di pundak malam
mengucap
menyebutnyebut cahaya
sambil mencoba
memahami takdir di wajah-wajah usia
kami para penyair
meneruskan zikir kami
-palabras palabras palabras palabras
-
--kata kata kata kata --
semakin kental mengucap
cahaya pun memadat
sampai kami bisa buat
sesuka kami atas padat cahaya
lantas bulan kesurupan
kesadaran kami meninggi
bulan turun pada kami
dan kami mengatasi bulan
sampailah kami pada kerajaan kata-kata
jika kami membilang ayah
ia juga ayah kata-kata
jika kami menyebut hari
juga harinya kata-kata
jika kami mengucap diri
pastilah juga diri kata kata
Di cafe jalanan Medellin
purnama jatuh
kata-kata menjadi kami
kami menjadi kata kata
Medellin, Colombia 1997
OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republikaedisi : 28 November 1999
Puisi di atas ditemukan adanya unsur leksikal sinonim yang terlihat pada kata bersekongkol dan berkomplot yang memiliki makna yang sama yaitu bersekutu. Sedangkan unsur leksikal antonim tidak ditemukan.
NGIAU
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa
panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar
tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan.
Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang
yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal
Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tagu jentara
aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan
menanamkan gigi-gigi sepi mereka akan ragu menetapkan yang
mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana
makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang
mana surga.
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi
Pada puisi “ Ngiau “ di atas ditemukan adanya unsur
leksikal antonim yang hadir karena kata perempuan
dan laki-laki pada baris ke-3 puisi
tersebut. Sedangkan unsur leksikal sinonimnya tidak ditemukan.
O
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Puisi “ O” karya Sutardji calzoum Bachri diatas ditemukan
adanya unsur leksikal sinonim yang tampak pada kata resah dan ragu. Kedua
kata tersebut memiliki makna yang sama yaitu bimbang. Pada puisi diatas tidak
ditemukan adanya unsur leksikal antonim.
TAPI
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah !
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
Puisi diatas ditemukan adanya unsur leksikal sinonim yang tampak pada kata hanya dan cuma. Sedangkan unsur leksikal antonim tidak digunakan pengarang pada puisi ini.
WALAU
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
Walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah
dulu pernah kuminta tuhan
dalam diri
sekarang tak
kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
tujuh puncak membilang-bilang
nyeri hari mengucap-ucap
di butir pasir kutulis rindu rindu
walau huruf habislah sudah
alif bataku belum sebatas allah
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
Pada puisi “ walau” diatas ditemukan adanya pemakaian
unsur leksikal sinonim yang tampak pada kata Allah dan Tuhan. Unsur leksikal
antonim juga digunakan oleh penyair pada puisi “walau " yaitu pada kata dulu dan sekarang.
E. Analisis
Makro “Puisi” Karya Sutardju Calzoum Bachri
Puisi
yang ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri adalah puisi kontemporer
(kekinian/modern). Puisi kontemporer yang ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri
adalah puisi yang sudah tidak mengikuti aturan seperti rima dan irama yang harus sesuai tetapi
perwujudan puisi tersebut bersifat bebas dari aturan. Wujud puisi yang sudah
tidak terikat ini tercermin pada bentuk atau penulisan puisi tersebut.
Bentuk penulisan puisi
yang ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri biasa berbentuk zigzag dan kadang
tidak menggunakan deretan kata-kata yang bermakna leksikal. Bentuk penulisan
puisi ini ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri sebagai wujud penyampaian pesan, ekspresi serta ungkapan perasaannya.
E. Simpulan
1. Sinonim dalam
puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bachri terdapat pada puisi “La Noche
De Las Palabros, O, Tapi dan
Walau”.
2.
Antonim dalam puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum
Bahri terdapat pada puisi “Ana Bunga, Ayo, Kucing, Ngiau, dan juga terdapat pada puisi Walau”.
F. Saran
Dilihat dari
pembahasan, saran kami kepada pembaca
adalah selalu memperhatikan unsur leksikal dalam kegiatan menulis agar tulisan
tersebut memiliki keutuhan wacana.
DAFTAR PUSTAKA
M. Hum, Mulyana. (2005). Kajian
Wacana. Yogyakarta: Tim Wacana.
Chaer, Abdul.
(1984). Pengantar Semantik. Jakarta: Rineka Cipra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar