Sabtu, 08 Juni 2013

analisis unsur fisik dan batin puisi karya sutardji Calzoum bachri

       ANALISIS  KEUTUHAN WACANA “PUISI”
Karya Sutardji Calzoum Bachri
Oleh:
Ella dkk
Abstrak: Puisi adalah karya sastra yang dapat menghibur dan dapat memberikan pesan atau amanat kepada pembacanya. Puisi juga merupakan ungkapan perasaan penulisnya baik itu ungkapan kesedihan atau perasaan senang serta marah yang meluap-luap. Ungkapan perasaan ini dapat dilihat dari kata atau bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan atau kehendaknya dalam puisi tersebut. Dalam puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bachri, penulis lebih mengutamakan bentuk susunan puisi tetapi tidak menghilangkan gaya bahasa untuk memperindah puisinya. Unsur leksikal yang biasa hadir dalam puisi karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sinonim dan antonim.
Kata kunci: puisi, sinonim, antonim.

A.    PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang Masalah
PUISI adalah bagian integral kehidupan masyarakat Nusantara. Maka, tradisi berpuisi seperti telah menyatu dalam kehidupan keseharian masyarakatnya. Lihat saja pantun. Sejak entah kapan pantun hidup semarak di tengah masyarakat Melayu. Pantun lalu menyebar memasuki pelosok Nusantara. Lahirlah pola pantun dengan media bahasa-bahasa setempat. Di berbagai wilayah Nusantara itu, pantun pun tidak terikat batas usia, dapat digunakan dalam situasi dan kegiatan apapun untuk berbagai kepentingan.
Begitulah, puisi Indonesia bersumber dari akar tradisi perpuisian yang sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Nusantara.
Dalam perkembangannya di Nusantara, puisi berkembang menjadi puisi lama, puisi baru dan puisi kontemporer. Puisi kontemporer berbeda dengan puisi lama karena puisi kontemporer lebih mengutamakan susunan atau bentuk puisi daripada mengutamakan unsur bahasanya. Khususnya pada puisi karya Sutardji Calzoum Bahcri yang terlihat unik dan berbeda dari puisi lainnya. Puisi Sutradji Calzoum Bachri yang mengutamakan bentuk dan susunan puisi tetapi tidak lupa dengan gaya bahasa.  Dalam menyampaikan gagasan atau perasaanya Sutardji Calzoum Bachri juga menggunakan unsur leksikal antonim dan sinonim dalam puisinya. Penggunaan unsur leksikal sinonim dan antonim merupakan cara agar wacana puisi tersebut memiliki keutuhan wacana.

b.      Rumusan Masalah
1)      Bagaimanakah sinonim dalam puisi karya Sutardji Calzoum Bachri ?
2)      Bagaimanakah antonim dalam puisi karya Sutardji Calzoum Bachri ?

c.       Tujuan
1)      Mendeskripsikan sinonim dalam puisi karya Sutardji Calzoum Bahcri.
2)      Menjelaskan antonim dalam puisi karrya Sutardji Calzoum Bachri.

B.  KAJIAN TEORI
1. Hakikat Sinonim
Sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno “Syn” > berarti dengan dan “Onoma” > berarti nama. Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Secara harfiah sinonim berarti nama lain utnuk benda atau hal yang sama sedangkan secara semantik Verhaar (dalam Abdul Chaer,1984 : 83) mendefenisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lainnya.
Contoh kata sinonim misalnya ; kredit = mencicil, berdusta = berbohong, haus = dahaga, baju = pakaian, bunga = kembang dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Contoh kalimat yang menggunakan kata sinonim sebagai berikut
:
  • Mobil pak Tono dibeli dengan cara kredit, karena ia lebih suka mencicil dari pada membayar penuh.  sinonim dari kredit = mencicil.
  • Semoga saja bu Sinta itu tidak berdusta, karena organisasi tidak menyukai orang yang suka berbohong. sinonim dari berdusta = berbohong.

2. Hakikat Antonim
Antonim (dari bahasa Yunani anti ("lawan") dan onoma ("nama") adalah sebuah istilah linguistic yang merujuk pada pasangan kata yang berlawanan artinya (lawan kata), jadi antonim adalah kata yang memiliki arti yang berlawanan makna. Secara semantik, Verhaar (dalam Abdul Chaer, 1984 : 88) mendefinisikan sebagai ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makan ungkapan lain.
Contoh:
a.       Senang><Sedih
-Saya sedih melihat teman saya yang sakit.
b.      Lapar><Kenyang
-Amran sangat kenyang stelah makan bakso.
c.       Laki-laki><Perempuan
-Bibi saya melahirkan seorang anak perempuan.

d.      Panas><Dingin
-Cuaca malam ini sangat dingin.

e.       Gemuk><Kurus
-Karena malas makan Irsan keliatan kurus.

3. Hakikat Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποι (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
C. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekstual deskriptif kualitatif. Artinya menganalisis data yang diperoleh secara detail sehingga dapat diperoleh data- data yang sahih atau valid dalam pembahasan artikel ini. Metode deskriptif dapat digunakan untuk memerikan, mengambarkan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena objek penelitian. Dalam kajiannya, metode ini menjelaskan data atau objek secara natural, objektif dan faktual (apa adanya) (Arikunto, 1993:310).

D. Pembahasan
1. Sinonim dan antonim yang terdapat dalam kumpulan puisi Sutardji Calzoum Bahcri :
Top of Form

ANA BUNGA
Terjemahan bebas (Adaptasi) dari puisi Kurt Schwittters, Anne Blumme
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Oh kau Sayangku duapuluh tujuh indera
Kucinta kau
Aku ke kau ke kau aku
Akulah kauku kaulah ku ke kau
Kita ?
Biarlah antara kita saja
Siapa kau, perempuan tak terbilang
Kau
Kau ? - orang bilang kau - biarkan orang bilang
Orang tak tahu menara gereja menjulang
Kaki, kau pakaikan topi, engkau jalan
dengan kedua
tanganmu
Amboi! Rok birumu putih gratis melipat-lipat
Ana merah bunga aku cinta kau, dalam merahmu aku
cinta kau
Merahcintaku Ana Bunga, merahcintaku pada kau
Kau yang pada kau yang milikkau aku yang padaku
kau yang padaku
Kita?
Dalam dingin api mari kita bicara
Ana Bunga, Ana Merah Bunga, mereka bilang apa?
Sayembara :
                Ana Bunga buahku
                Merah Ana Bunga
                Warna apa aku?
Biru warna rambut kuningmu
Merah warna dalam buah hijaumu
Engkau gadis sederhana dalam pakaian sehari-hari
Kau hewan hijau manis, aku cinta kau
Kau padakau  yang milikau yang kau aku
yang milikkau
kau yang ku
Kita ?
Biarkan antara kita saja
pada api perdiangan
Ana Bunga, Ana, A-n-a, akun teteskan namamu
Namamu menetes bagai lembut lilin
Apa kau tahu Ana Bunga, apa sudah kau tahu?
Orang dapat membaca kau dari belakang
Dan kau yang paling agung dari segala
Kau yang dari belakang, yang dari depan
A-N-A
Tetes lilin mengusapusap punggungku
Ana Bunga
Oh hewan meleleh
Aku cinta yang padakau!
1999
Catatan: Terjemahan Anna Blume dikerjakan untuk panitia peringatan Kurt Schwitters, Niedersachen, Jerman.

OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republikaedisi : 28 November 1999


Dari data di atas didapatkan bahwa puisi yang berjudul “ Ana Bunga “ karya Sutardji Calzoum Bachri ditemukan adanya antonim yaitu kata Aku dan Kau. Kata Aku menunjuk kepada si penulis dan kata kau menunjuk kepada  Ana bunga.

AYO
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Adakah yang lebih tobat
dibanding air mata
adakah yang lebih mengucap
dibanding airmata
adakah yang lebih nyata
adakah yang lebih hakekat
dibanding airmata
adakah yang lebih lembut
adakah yang lebih dahsyat
dibanding airmata
para pemuda yang
melimpah di jalan jalan
itulah airmata
samudera puluhan tahun derita
yang dierami ayahbunda mereka
dan diemban ratusan juta
mulut luka yang terpaksa
mengatup diam
kini airmata
lantang menderam
meski muka kalian
takkan dapat selamat
di hadapan arwah sejarah
ayo
masih ada sedikit saat
untuk membasuh
pada dalam dan luas
airmata ini
ayo
jangan bandel
jangan nekat pada hakekat
jangan kalian simbahkan
gas airmata pada lautan airmata
                          malah tambah merebak
jangan letupkan peluru
logam akan menangis
dan tenggelam
             dikedalaman airmata
jangan gunakan pentungan
mana ada hikmah
mampat
karena pentungan
para muda yang raib nyawa
karena tembakan
yang pecah kepala
sebab pentungan
memang tak lagi mungkin
jadi sarjana atau apa saia
namun
mereka telah
nyempurnakan
bakat gemilang
sebagai airmata
yang kini dan kelak
selalu dibilang
bagi perjalanan bangsa
OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republika edisi : 28 November 1999

 
            Pada puisi diatas tidak ditemukannya unsur leksikal sinonim tetapi ditemukannya unsur leksikal antonim yaitu nampak pada kata ayah bunda pada baris ke-15.



 

KUCING
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

            ngiau!  Kucing dalam  darah dia menderas
            lewat  dia  mengalir  ngilu  ngiau  dia  ber
            gegas  lewat dalam aortaku dalam rimba
            darahku dia  besar dia bukan harimau bu
            kan singa bukan  hiena  bukan leopar  dia
            macam kucing bukan kucing  tapi   kucing
            ngiau dia lapar dia  merambah  rimba  af
            rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
            dia meraung  dia mengerang jangan beri
            daging dia tak  mau daging Jesus jangan
            beri  roti  dia  tak   mau   roti   ngiau   ku
            cing   meronta  dalam  darahku  meraung
            merambah  barah  darahku  dia lapar 0 a
            langkah  lapar   ngiau   berapa  juta  hari
            dia  tak  makan  berapa  ribu  waktu  dia
            tak  kenyang  berapa juta lapar lapar ku
            cingku  berapa  abad  dia mencari menca
            kar  menunggu  tuhan mencipta kucingku
            tanpa mauku dan sekarang  dia  meraung
            mencariMu  dia   lapar   jangan   beri  da
            ging   jangan   beri  nasi  tuhan  mencipta
            nya  tanpa  setahuku  dan  kini  dia  minta
            tuhan  sejemput  saja  untuk tenang seha
            ri  untuk  kenyang  sewaktu untuk tenang
        Memahami Puisi, 1995
        Mursal Esten

            Pada puisi yang berjudul “ kucing “  karya Sutardji Calzoum Bachri ditemukan adanya unsur leksikal antonim yang nampak pada kata lapar dan kenyang. Dalam puisi ini juga tidak ditemukan unsur leksikal sinonim.


LA NOCHE DE LAS PALABRAS
(EL DIARIO DE MEDELLIN)

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia
kami mengepung bulan
dan mereka yang mendengarkan puisi kami
mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka
berkomplot dengan anggur daun cerbeza
bersekongkol dengan gadisgadis
memancing bulan dengan keluasan dada
Musim panas
Menjulang di Medelin
menampilkan sutera
di keharibaan malam cuaca
ratusan para lilin
menyandar di pundak malam
mengucap
menyebutnyebut cahaya
sambil mencoba
memahami takdir di wajah-wajah usia
kami para penyair
meneruskan zikir kami
-palabras palabras palabras palabras
-
--kata kata kata kata --
semakin kental mengucap
cahaya pun memadat
sampai kami bisa buat
sesuka kami atas padat cahaya
lantas bulan kesurupan
kesadaran kami meninggi
bulan turun pada kami
dan kami mengatasi bulan
sampailah kami pada kerajaan kata-kata
jika kami membilang ayah
ia juga ayah kata-kata
jika kami menyebut hari
juga harinya kata-kata
jika kami mengucap diri
pastilah juga diri kata kata
Di cafe jalanan Medellin
purnama jatuh
kata-kata menjadi kami
kami menjadi kata kata
Medellin, Colombia 1997
OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republikaedisi : 28 November 1999

            Puisi di atas ditemukan adanya unsur leksikal sinonim yang terlihat pada kata bersekongkol dan berkomplot yang memiliki makna yang sama yaitu bersekutu. Sedangkan unsur leksikal antonim tidak ditemukan.


NGIAU
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa
panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar
tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan.
Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang
yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal
Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tagu jentara
aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan
menanamkan gigi-gigi sepi mereka akan ragu menetapkan yang
mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana
makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang
mana surga.
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi
Pada puisi “ Ngiau “ di atas ditemukan adanya unsur leksikal antonim yang hadir karena kata perempuan dan laki-laki pada baris ke-3 puisi tersebut. Sedangkan unsur leksikal sinonimnya tidak ditemukan.



O
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
 
Puisi “ O” karya Sutardji calzoum Bachri diatas ditemukan adanya unsur leksikal sinonim yang tampak pada kata resah dan ragu. Kedua kata tersebut memiliki makna yang sama yaitu bimbang. Pada puisi diatas tidak ditemukan adanya unsur leksikal antonim.


TAPI
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

        aku bawakan bunga padamu
                                                        tapi kau bilang masih
        aku bawakan resahku padamu
                                                        tapi kau bilang hanya
        aku bawakan darahku padamu
                                                        tapi kau bilang cuma
        aku bawakan mimpiku padamu
                                                        tapi kau bilang meski
        aku bawakan dukaku padamu
                                                        tapi kau bilang tapi
        aku bawakan mayatku padamu
                                                        tapi kau bilang hampir
        aku bawakan arwahku padamu
                                                        tapi kau bilang kalau
        tanpa apa aku datang padamu
                                                        wah !
        Memahami Puisi, 1995
        Mursal Esten

           Puisi diatas ditemukan adanya unsur leksikal sinonim yang tampak pada kata hanya dan cuma. Sedangkan unsur leksikal antonim tidak digunakan pengarang pada puisi ini.

WALAU
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

        Walau penyair besar
        takkan sampai sebatas allah
        dulu pernah kuminta tuhan
        dalam diri
        sekarang tak
        kalau mati
        mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
        tujuh puncak membilang-bilang
        nyeri hari mengucap-ucap
        di butir pasir kutulis rindu rindu
        walau huruf habislah sudah
        alif bataku belum sebatas allah
        Memahami Puisi, 1995
        Mursal Esten 
           
Pada puisi “ walau” diatas ditemukan adanya pemakaian unsur leksikal sinonim yang tampak pada kata Allah dan Tuhan. Unsur leksikal antonim juga digunakan oleh penyair pada puisi “walau " yaitu pada kata dulu dan sekarang.



E. Analisis Makro “Puisi” Karya Sutardju Calzoum Bachri
            Puisi yang ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri adalah puisi kontemporer (kekinian/modern). Puisi kontemporer yang ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri adalah puisi yang sudah tidak mengikuti aturan seperti rima dan irama yang harus sesuai tetapi perwujudan puisi tersebut bersifat bebas dari aturan. Wujud puisi yang sudah tidak terikat ini tercermin pada bentuk atau penulisan puisi tersebut.
            Bentuk penulisan puisi yang ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri biasa berbentuk zigzag dan kadang tidak menggunakan deretan kata-kata yang bermakna leksikal. Bentuk penulisan puisi ini ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri sebagai wujud penyampaian pesan, ekspresi serta ungkapan perasaannya.



E. Simpulan
1.      Sinonim dalam puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bachri terdapat pada puisi “La Noche De Las Palabros, O, Tapi dan Walau”.

2.      Antonim dalam puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bahri terdapat pada puisi “Ana Bunga, Ayo, Kucing, Ngiau, dan juga terdapat pada puisi Walau”.
F. Saran
Dilihat dari pembahasan, saran kami kepada pembaca adalah selalu memperhatikan unsur leksikal dalam kegiatan menulis agar tulisan tersebut memiliki keutuhan wacana.
DAFTAR PUSTAKA


M. Hum, Mulyana. (2005). Kajian Wacana. Yogyakarta: Tim Wacana.
Chaer, Abdul. (1984). Pengantar Semantik. Jakarta: Rineka Cipra.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar